Translate

Sabtu, 07 Juli 2018

Contoh Laporan Magang 2 PGSD

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Magang II merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap pengembangan wawasan mahasiswa. Pada kegiatan magang II, untuk mengetahui Permasalahan dalam pembelajaran yang seringkali ditemui. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan cara menanganinya pun beragam. Mata kuliah Magang II memberikan wadah bagi para mahasiswa PGSD dalam mengetahui permasalahan belajar yang dihadapi peserta didik khususnya di sekolah dasar. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenali karakteristik siswa, gaya belajarnya, kemampuannya menyerap informasi, memaknai pembelajaran serta keterampilan membaca, menulis dan berhitung yang dikuasainya.
Magang II juga merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh di lingkup perkuliahan dengan cara menerapkannya secara langsung ke sekolah dasar dalam proses penyiapan guru profesional. Kegiatan magang II ini di laksanakan secara terstruktur dan sistematis pada mata kuliah magang II yang terdiri atas 1 SKS. Dalam kegiatan magang II ini, dapat membuat mahasiswa PGSD sebagai calon guru mendapatkan pengalaman lebih dan dapat mengetahui serta terlibat secara langsung dengan mengamati sendiri bagaimana peserta didik menerima pelajaran di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati secara terpadu, dan dibawa bimbingan dosen pembimbing, kepala sekolah serta guru pamong yang telah di tunjuk. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini observer melakukan observasi di SD INPRES BTN IKIP 1. Sebelum melakukan observasi, observer telah diberi arahan dan petunjuk serta izin dari pembimbing mata kuliah dan pihak sekolah. Adapun waktu  pelaksanaan observasi tepatnya hari Selasa tanggal 22 November 2016 dan berakhir pada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2016. Meskipun waktu yang digunakan dalam melakukan observasi ini relatif singkat, tetapi tidak menjadi kendala untuk mencapai tujuan dan sasaran dari observasi itu sendiri.
Observasi ini dilaksanakan secara terarah, terpadu dan terimbang yang merupakan kegiatan untuk merekam keadaan dan situasi yang terjadi di sekolah yang bersangkutan dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya magang II, semoga mahasiswa yang menimba ilmu pada tingkat Strata 1 (S1) terkhususnya pada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memang menaungi khusus mengenai pendidkan dasar dapat setidaknya memiliki pandangan awal mengenai peerta didik pada suatu sekolah.

  1. Tujuan
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka:
  1. Pemenuhan Mata Kuliah Magang II.
  2. Mempersiapkan Mahasiswa calon pendidik agar lebih mengenal karakteristik siswa yang akan dihadapi.
  3. Memberikan pengalaman secara langsung dalam menemukan dan menganalisa permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar.
  4. Melakukan studi kasus terbatas dalam mengamati, mempelajari serta menyusun solusi yang tepat atas kesulitan belajar yang ditemukan pada siswa.
  5. Mengetahui kondisi kelas/ruang belajar siswa di SD INPRES BTN IKIP 1, tepatnya di kelas II B.











BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Pembahasan Masalah Belajar disruptive behavior
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dalam proses belajar tersebut terkadang banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi. Hal ini lah yang disebut sebagi masalah dalam proses belajar tersebut.
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Salah satu contoh yang menjadi masalah belajar yaitu disruptive behavior (perilaku mengganggu). Menurut observer hal inilah yang sedang terjadi atau terindikasi ada dalam diri objek observasi yang menyebabkan terjadinya masalah pembelajaran yang terjadi kepada objek tersebut. Menurut Semiun (2006, 187) menjelaskan bahwa disruptive behavior (perilaku mengganggu) merupakan pola tingkah laku yang tetap dimana individu merusak aturan-aturan dan melanggar hak-hak orang lain. Senada dengan pendapat tersebut, Mabeba dan Prinsloo (Marais & Meier, 2010) menjelaskan bahwa disruptive behavior merupakan perilaku yang melanggar aturan ataupun tata tertib di sekolah dan lingkungan sekitar Disruptive behavior juga mempunyai ciri-ciri tertentu seperti : Tidak taat pada aturan, Berdebat dengan teman sekelas, sering Mengamuk, Tidak memperhatikan penjelasan guru, Berteriak, Mengejek, dan bahkan sampai mem-Bullying
Ada empat faktor penyebab terjadinya perilaku disruptive pada seseorang, terutama pada anak-anak, yaitu:
  1. Faktor genetik atau biologis
  2. Faktor Keluarga
  3. faktor lingkungan
  4. Akibat Trauma
Menurut Levin & Nolan (Marais & Meier, 2010) ada 4 kategori dasar disruptive behavior, yaitu :
  1. Perilaku yang mengganggu terkait dengan ajaran dan tindakan belajar, misal siswa yang mengganggu siswa lain ketika proses pembelajaran, siswa yang menolak petunjuk dari guru atau bahkan menunjukkan perilaku agresif.
  2. Perilaku yang mengganggu hak-hak siswa dalam belajar, misal sering keluar kelas tanpa ada alasan yang jelas ketika dalam proses pembelajaran.
  3. Perilaku yang secara psikologis maupun fisik tidak aman, misal menggunakan peralatan laboratorium untuk alat bermain, menggunakan meja kursi sebagai media untuk bermain.
  4. Perilaku yang menyebabkan kerusakan properti dalam sekolah. Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perilaku siswa sekolah dasar yang termasuk dalam disruptive behavior adalah pola perilaku mengganggu yang mengakibatkan permasalahan dalam belajar terutama ketika proses pembelajaran berlangsung, karena melanggar aturan maupun tata tertib dalam sekolah.
Berdasarkan kajian diatas, diketahui bahwa disruptive behavior merupakan perilaku atau masalah pada proses pembelajaran yang menyangkut mengenai perilaku yang selalu menggangu orang- orang yang ada disekitarnya. Observer mendapatkan sebuah gambaran untuk menangani anak yang mengalami kesulitan belajar khususnya disruptive behavior yang perlu penanganan khusus.
  1. Waktu Kegiatan Observasi
Mulai pada hari selasa tanggal 22 Oktober  2016 sampai hari sabtu tanggal 3 Desember 2016, observer melakukan observasi selama kurang lebih 2 pekan di sekolah yang telah ditentukan. Adapun jadwal observasi yang telah dilakukan adalah:
  1. Pada tanggal 19 oktober 2017
  2. Pada tanggal 21 oktober 2017
  3. Pada tanggal 2 november 2017
  4. Pada tanggal 3 november 2017

  1. Identitas Objek Observasi
  1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah        : SD INPRES BTN IKIP 1
Alamat Sekolah        : Jln. Emmy Saelan III
Kelas yang diamati    : IV B (Dua)
Wali Kelas            : Kartini, S.Pd   
Jumlah Siswa        :  29 orang
  1. Identitas Peserta Didik
Nama Lengkap        : Muh. Radiyansyah
Nama Panggilan        : Radit
Jenis Kelamin         : Laki-laki
Agama            : Islam
Masalah            :   
1. Berkata kasar dan berteriak dalam kelas
2. Mengertak teman, sikap emosional tinggi dan malas belajar
  1. Analisis Hasil Observasi
Proses pengamatan yang dilakukan oleh observer mengacu kedalam dua kategori besar yang menjadi pusat observasi yang dilakukan yakni :
  1. Observasi Yang Mengamati Kondisi Dan Suasana Kelas
Hasil observasi terhadap kelas atau ruangan yang digunakan untuk belajar terbilang layak dan proporsional dengan jumlah siswa yang ada. Hal tersebut karena setiap siswa mendapat ruang yang luas untuk duduk dan penempatan posisi duduk setiap siswa diatur seemikian rupa. Ditunjukkan dengan tidak adanya siswa yang duduk bersempitan atau dengan kata lain bahwa terpenuhinya sarana bangku dan meja sesuai dengan kebutuhan siswa. Perpindahan  guru dan siswa dari satu bangku kebangku lain cukup lebar juga terbilang mudah karena ruangan tersebut tidak terlihat sumpek karena siswa duduk berkelompok sehingga memudahkan guru dan siswa untuk bergerak. Guru juga dipermudah dalam proses mengawasi setiap siswa di kelasnya.
Segi proses pembelajarannya yang dilakukan di kelas cukup baik, hal ini terjadi karena adanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Setiap apa yang di sampaikan oleh guru selalu mendapat tanggapan dari para siswa. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang senantiasa merespon pertanyaan maupun arahan yang diberikan oleh guru. Namun kenyataannya masih ada pula beberapa siswa yang selalu mendominasi pembelajaran yang menjadikan siswa lain tidak mau terlibat aktif.
Pola interaksi yang digunakan oleh guru dalam mengajar masih terbilang sangat konvensional karena guru hanya menerangkan (ceramah) tanpa menggunakan media apapun sebagai penunjang pembelajaran di kelas. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi semangat belajar siswa dan terbukti ternyata masih ada siswa yang suka mengganggu temannya saat proses pembelajaran, baik itu mengajak bercerita ataupun merebut barang milik siswa yang lainnya.
Interaksi antar siswa yang  terlihat terbilang cukup baik. Para siswa kelihatan akrab dan sangat ceria ketika bersenda gurau bersama teman. Namun ada juga beberapa siswa yang tidak suka terlibat dalam kegiatan bersama temannya dan ada pula siswa yang menunjukkan sikap egois saat belajar maupun bermain. ketika guru keluar dari ruangan, masih ada beberapa siswa sering berkelahi atau saling mengejek baik ketika proses pembelajaran berlangsung maupun di waktu istirahat. perilaku dan kepatuhan sebagian masih banyak yang perilakunya tidak terkontrol terhadap sesama temannya. Namun perilakunya menjadi berbeda ketika gurunya ada. Ini menunjukkan sikap menghormati orang yang lebih tua dari mereka.
  1. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar
Karakteristik yang diamati oleh observer kepada siswa yang menjai objek observasi tidak terlalu memiliki karakteristik yang mencolok. Keadaan fisik siswa yang di observasi yaitu radit terbilang masih normal atau proposional seperti anak kelas IV pada umumnya. Selain itu, tidak ada kecacatan maupun kelainan. Terlihat juga dari segi kerapihan pakaian yang dikenakan terbilang masih belum rapih. Radit sering kedapatan kaki atau bagian bawah bajunya tidak rapi, tidak memakai dasi.
Selanjutnya untuk kemampuan berkomunikasi, observer menemukan bahwa Radit ketika berbicara dengan guru itu mengalami kegugupan dan kebanyakan diam dan acuh terhadap gurunya. Namun ketika berbicara dengan teman sekelasnya, dia terlihat garang dan suka membentak. Ketika berkomunikasi dengan teman yang sedikit lebih tua darinya juga sering menggunakan bahasa yang tidak sopan.
Radit merupakan salah satu siswa yang tergolong kurang dalam hal kognitif. Observer melihat dari kemampuannya dalam menangkap setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru masih kurang.  Kadang radit suka membentak temannya untuk meminta jawaban atas soal yang diberi oleh gurunya. Namun, kemampuan bersosialisasi Radit cukup baik terhadap teman, namun temannya kebanyakan orang-orang yang lebih dewasa darinya. Tapi, masih ada yang kurang dari segi kepeduliannya terhadap temannya, Radit juga anak yang kurang kreatif. Namun meskipun begitu, radit terlihat mempunyai kontrol diri yang baik, sopan terhadap orang yang lebih tua darinya dan orang lain.
  1. Penanganan Masalah pada Siswa
  1. Permasalahan
  1. Hari Pertama Magang (19 Oktober 2017)
        Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan  pertama kali dilaksanakan pada  hari kamis tepatnya di tanggal 19 Oktober 2017.  bertempat di SDI BTN IKIP 1. kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut adalah bertemu dengan kepala sekolah SDI BTN IKIP 1 bapak Bambang Syarif. Para observer yang akan magang di sekolah tersebut diberi beberapa arahan oleh bapak sekolah sebelum ke kelas-kelas untuk melakukan observasi.  Beberapa arahan yang diberi mengerucut pada bagaimana siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar bisa dicarikan solusinya. Setelah arahan diberi, kami pun dipersilahkan ke kelas-kelas untuk mencari atau menanyakan pada wali kelas nama-nama siswa yang mengalami gangguan atau bahkan kelebihan dalam proses belajar. Pada saat tersebut, saya belum mendapatkan siswa yang bisa saya observasi, namun teman-teman yang lain sudah ada beberapa yang mendapat siswa yang ingin mereka observasi di hari itu juga.
  1. Hari Kedua Magang (21 Oktober 2017)
        Pada hari kedua magang, saya masih belum mendapat siswa yang dapat saya observasi. Hal ini karena, belum adanya siswa yang dapat saya temukan mengalami permasalahan belajar. Dikarenakan teman-teman sudah mendapatkan siswa yang mereka ingin observasi, Maka saya pun juga berusaha mencari. Dalam proses pencarian tersebut, saya tiba-tiba melihat siswa yang sangat nakal dan sering mengertak bahkan sampai memukuli temannya. Selain itu sering pula berkata agak kasar. Akhirnya saya telusuri, ternyata siswa tersebut adalah siswa kelas 4B yang bernama Muh. Radiyansyah. Saya menetapkan anak tersebut sebagai siswa yang saya akan observasi.
  1. Hari Ketiga Magang (2 November 2017)
            Hari ketiga magang, saya bermaksud  menemui wali kelas ”Radit”, panggilan akrab teman-teman sekelas siswa terebut. Namun pada hari tersebut, wali kelas siswa tersebut tidak berada dalam  kelas, namun beliau memberi tugas pada siswanya. Karena hal itu, saya hanya bisa melihat anak kelas 4B belajar dari pintu kelas sembari melihat Radit dalam  proses pembelajaran. Dari luar kelas saya melihat Radit seperti siswa lainnya, namun lama kelamaan. Entah bosan atau karena apa, dia mulai mengganggu beberapa temannya.
  1. Hari Keempat Magang (3 November 2017)
            Pada magang ini saya sudah masuk kedalam kelas dan meminta izin kepada ibu Kartini selaku wali kelas 4B yang merupakan kelas yang di tempati Radit dalam belajar di kesehariannya. Setelah meminta izin, saya pun mengambil posisi di sudut kelas sembari mengamati Radit dalam proses belajar. Pada hari itu, pelajaran mengenai cara menulis laporan wawancara dan siswa di bagi dalam beberapa kelompok. Terlihat Radit sedang mengertak teman kelompoknya di karenakan tugasnya belum selesai. Namun teman-temannya menanggapi atau merespon gertakan tersebut dengan biasa-biasa saja, seakan mereka sering menerima atau bahkan di gertak seperti itu oleh Radit. Observasi yang dilakukan harus di hentikan, dikarenakan ada jadwal perkuliahan yang saya harus penuhi.
  1. Hari Kelima Magang
        Magang pada kesempatan ini, saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengamati siswa yang saya observasi. Saya meminta izin untuk mengambil tempat atau kursi yang berdekatan langsung dengan Radit. Tujuannya untuk melihat langsung bagaimana Radit dalam proses belajar.
    Dari segi bentuk badan, Radit memiliki badan yang proposional seperti kebanyakan siswa SD kelas IV pada umumnya. Kebersihan seluruh anggota tubuh juga terlihat Radit jaga, namun dalam soal berpakain agak sedikit terpengaruh gaya anak-anak remaja dewasa, terlihat dari gaya rambutnya dan aksesoris yang dipakai.
    Terlihat pula bahwa Radit sering tidak terlihat menyendiri dan anak ini juga suka bermain. Teman bermain Radit rata-rata berbeda kelas dengannya bahkan dari kakak-kakak kelas diatasnya. Dikelas Cuma ada beberapa orang yang terlihat menyapa atau bersenda gurau Radit. Radit kadang susah di ajak bekerja sama dalam kelompok, terbukti ketika teman mengajaknya untuk mengerjakan tugas bersama dia terlihat enggan untuk mengerjakannya.
  1. Hari  Keenam Magang
        Observasi pada magang ini bertepatan dengan pembelajaran yang membahas mengenai satuan ukuran. Terlihat Radit kesal terhadap temannya yang tak ingin menunjukkan tugasnya kepada Radit. Radit selalu mengganggu teman kelasnya tersebut dan suka berteriak membentak temannya. Radit tidak mau mengalah untuk meminta jawaban temannya. Temannya menginstruksikan agar Radit untuk bertanya kepada guru atau wali kelas jikalau memang dia tidak mengerti atau tahu hal tersebut. Namun Radit tidak mengindahkan kata-kata temannya. Saya coba mendekat dan mencoba bertanya akan masalah apa yang di ributkan. Sikap Radit pun berubah menjadi lebih sopan kepada saya. Setelah saya mengajari Radit untuk mengerjakan tugasnya. Radit tanggap dalam menerima ajaran saya, meskipun agak sedikit lama untuk dapat memahaminya. Dalam hal membaca, Radit masih belum terlalu lancar dalam membaca. Begitu pula dalam hal menghitung. Akan tetapi, Radit  sudah tahu sedikit dalam hal tersebut.
  1. Tindak Penanganan Masalah
Pada kasus ini, beberapa tindak penanganan masalah yang dapat dilakukan terhadap masalah yang timbul antara lain:
  1. Melakukan pendekatan individu kepada Radit dan membuat ia nyaman berada di sisi observer. Hal ini diselingi juga dengan wawancara seputar kesehariannya. Pada tahap ini, observer berusaha memahami kesulitan belajar dan segala hal yang berkaitan dengan masalah belajarnya sehingga ke depan observer bisa tahu bagaimana memperlakukan Radit.
  2. Mengamati proses belajarnya di dalam kelas. Dalam hal ini observer memberikan motivasi-motivasi dalam proses pembelajaran agar Radit mau dan berkeinginan memahami pelajaran dari hatinya. Observer berusaha memberikan dorongan kata-kata terlebih dahulu dengan harapan bahwa dengan adanya pemberian motivasi maka alam bawa sadar Agung akan tersugesti dan perlahan-lahan akan sadar bahwa belajar itu penting.
  3. Menemukan strategi belajar yang cocok untuk mengatasi permasalahan yang dapat menumbuhkan semangat belajar pada dirinya.
  4. Memberitahu mengenai kerugian yang dapat ditimbulkan oleh perbuatannya yang malas dalam belajar
  5. Melakukan bimbingan secara intens. Setiap pelajaran yang diberikan oleh gurunya selalu dibimbing oleh observer. Observer menjelaskan ulang dan mencoba untuk memperkuat konsep yang tidak dimengerti Hal ini dilakukan berulang-ulang bahkan sampai jam pelajaran habis. Karena seringkali Radit tidak mengerti sehingga ia harus diberikan penjelasan berulang-ulang.
  1. Hasil setelah diberikan penanganan
Setelah diberikan penanganan seperti belajar secara berulang-ulang serta pemberian motivasi. Radit mulai serius memperhatikan guru dalam proses pembelajaran dan mulai membiasakan untuk mengerjakan materi yang diterimanya dan menulis tugas yang diberikan. Namun mengenai penyerapan materi, Radit belum terlalu bisa seperti teman-temannya yang langsung meyerap materi yang diberikan.
Untuk lebih baiknya lagi, radit diberikan kelas tambahan atau yang sering disebut dengan Les. Hal ini dikarenakan, kemampuan radit dalam mneyerap materi masih sangat perlu latihan. Untuk anak seusia radit sudah seharusnya memiliki kemampuan yang lebih untuk menangkap materi yang diajarkan agar mampu mengimbangipelajaran yang semakin tinggi tingkatan semakin banyak pula yang harus di pahami.
Untuk mengatasi hal emosional yang tinggi dari radit, osberver mencoa untuk mendekati dan berbicara lebih dekat dan didapat radit ini kurang perhatian. Setelah itu, observer mencoa memberi perhatian lebih dan ternyata radit sedikit tersentuh akan hal tersebut. Ini dikarenakan radit yang mulai mengurangi sikap yang emosionalnya apabila ditegur oleh observer.



















BAB III
PENUTUPAN
  1. Kesimpulan
Kondisi kelas pada tingkatan kelas VI di SD INPRES BTN IKIP 1 yang di observasi selama lebih kurang 2 pekan cukup baik dan efektif untuk digunakan sebagai ruangan pembelajaran. Selain itu, ternyata ada beberapa siswa yang memiliki permasalahan-permasalahan. Salah satu siswa yang diamati oleh observer adalah Radit. Observer dapat menarik kesimpulan bahwa permasalahannya mengenai kesulitan belajarnya adalah disruptive behavior (perilaku mengganggu)
Penganangan yang dilakukan observer adalah dengan memberikan penguatan (motivasi) secara batin dengan memberi perhatian kepadanya yang dapat menumbuhkan semangat dan minat belajar, dan untuk dapat mengatasi kesulitan atau keterlambatan dalam menyerap materi yang diajarkan dapat dilakukan dengan melatih dan memberikan tugas dengan bentuk yang lebih variatif, sehingga anak tersebut tidak merasa bosan dan akhirnya anak akan terbiasa. Dengan dilaksanakannya magang 2 ini, observer sebagai calon guru mampu menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi siswa. Namun, ada beberapa yang belum bisa diatasi observer, seperti membuat orang tua mengerti betapa pentingnya anak belajar.

  1. Saran
Dari kegiatan Magang yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang dapat observer berikan, yaitu:
  1. Pihak Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah menyediakan media pembelajaran yang menarik yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa seperti media yang berbasis multimedia serta hendaknya memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan belajar, paling tidak dibimbing lebih lanjut agar tidak terlalu ketinggalan dalam proses pembelajaran. Dan sebaiknya ada pertemuan antara orang tua dan guru sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya di sekolah.


  1. Pihak Mahasiswa
Kepada para Mahasiswa, sebaiknya:
  1. Lebih meningkatkan kedisiplinan karena selama observasi berlangsung, tidak jarang ada beberapa anggota kelompok yang datang terlambat bahkan tidak hadir sama sekali.
  2. Lebih memahami kewajiban masing-masing dan lebih aktif dalam melakukan observasi.
  3. Melaksanakan setiap aktivitas di sekolah dengan hati yang ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar