Translate

Sabtu, 07 Juli 2018

Makalah Performance Assasment Penilaian performa

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar sisiwa, baik yang berhubungan dengan proses beajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar yang ditentukan oleh kurikulum. Pada standar pendidikan, kita temukan indikator-indikator pembelajaran. Dalam indikator pembelajaran inilah nantinya seorang guru dapat menentukan cara penilaian yang sesuai. Ada tujuh teknik penilain yang dapat digunakan salah satunya yaitu penilaian unjuk kerja/kinerja/performance.
Penilaian kinerja siswa merupakan salah satu alternatif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas di kelas atau menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Kecakapan yang ditampilkan siswa adalah variabel yang dinilai. Penilaian terhadap kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara kinerja siswa dengan target yang telah ditetapkan. Proses penilaiannya dilakukan mulai persiapan, melaksanakan tugas sampai den-gan hasil akhir yang dicapainya. Oleh karena itu penilaian dengan tertulis dan lisan saja tidak dapat mewakili secara keseluruhan segala penilaian yang di inginkan apalagi dengan materi pembahasan yang menuntut siswa agar dapat memecahkan masalah dan menentukan sikap, bekerja sama dengan teman sekelompoknya dan lain-lainnya. Maka penilaian kinerja akan menjawab semua pertanyaan yang belum bisa terjawab pada penilaian secara lisan dan tulisan.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Konsep dari Penilaian Unjuk Kerja (performance)?
2.      Bagaimana Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja (performance)?
3.      Bagaimana Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja (performance)?


C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Konsep Penilaian Unjuk Kerja (Performance).
2.      Untuk Mengetahui Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja (Performance).
3.      Untuk Mengetahui Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja (Performance).

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Penilaian Performance
1.      Pengertian
Dalam pedoman penilaian di SD/MI, dinyatakan bahwa tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Penilaian kinerja pada prinsipnya lebih di tekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa (Setyono,2005:3).
Sedangkan menurut Majid (2006:88) performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa performance assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
2.      Ruang lingkup
Penilaian Unjuk Kerja (performance) merupakan salah satu alternatif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas di kelas atau menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

3.      Karakteristik
Menurut Stiggins (1994:160), salah satu karakteristik penilaian kinerja siswa adalah dapat digunakan untuk melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses tersebut berakhir.

            Karakteristik penilaian kinerja menurut Norman (dalam Siti Mahmudah, 2000:18) adalah (1) tugas-tugas yang diberikan lebih realistis atau nyata;(2) tugas-tugas yang diberikan lebih kompleks sehingga mendorong siswa untuk berpikir dan ada kemungkinan mempunyai solusi yang banyak;(3) waktu yang diberikan untuk asesmen lebih banyak; (4) dalam penilaiannya lebih banyak menggunakan pertimbangan.

Adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Isyanti (2004:6) bahwa penilaian unjuk kerja dapat mengungkapkan potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan. Menurut Setyono (2005:3) bahwa penilaian performansi digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan yang berupa aspek pembelajaran kinerja dan produk. Hutabarat (2004:16) berpendapat bahwa penilaian kinerja lebih tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan, pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.

B.     Langkah-langkah Membuat Penilaian Performance
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat performance assessment adalah 1) Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir; 2) Menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas; 3) Mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) Mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati; 5) Bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17).
Menurut Majid (2006: 88) langkah-langkah membuat performance assessment adalah 1) Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output yang terbaik); 2) Menuliskan perilaku kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik; 3) Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, jengan terlalu banyak sehingga semua kriteria- kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakaan tugas; 4) Mengurutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; 5) Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain.
C.    Pelaksanaan Penilaian Performance
1.      Dalam melaksanakan penilaian unjuk kinerja perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :
a)      Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompentesi.
b)      Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c)      Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d)     Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
e)      Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
2.      Menurut Dr. Ari Widodo, Dra. Sri Wuryastuti, M.pd, Dra. Margaretha, M.pd cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)      Asesmen kinerja klasikal digunakan untuk mengakses kinerja siswa secara keseluruhan dalam satu kelas.
b)      Asesmen kinerja kelompok untuk mengakses kinerja siswa secara berkelompok.
c)      Asesmen kinerja individu untuk mengakses kinerja siswa secara individu.
3.      Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti : diskusi dalam kecil, berpidato, berbicara, teknik bertanya, kemampuan menyampaikan pendapat, dan melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengetahui unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument berikut :
a)      Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik dapat memperoleh nilai bila criteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
Kelemahan daftar cek ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, diamati-tidak diamati, baik- tidak baik. Dengan demikian daftar cek tidak terdapat nilai tengah. Namun daftar cek lebih praktis digunakan untuk mengamati dan menilai subjek dalam jumlah besar.
2.      Skala Penilaian
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara berkelanjutan dimana penilaian kategori ini lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sempurna. Misalnya 1 = tidak sempurna, 2 = cukup sempurna, 3 = sempurna, 4 = sangat sempurna. Untuk memperkecil factor subyektifitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu guru, agar hasil penilaiannya lebih akurat.
Contoh       :
Standar Kompetensi 
6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi
Kompetensi Dasar
6.1 Mengenal tata cara berpidato.
Indicator
6.1.1 Berpidato dengan sistematika, intonasi dan sikap yang tepat.

Rubrik Penilaian :
Penilaian Unjuk Kerja Pidato Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Check List.
Sekolah           : SDN 02 Taman Sari                          Tahun Pelajaran           : 2016
Nama Siswa    : Aulia                                                 Kelas/Semester            : VI/II
No
Aspek yang Dinilai
Ya
Tidak
1
Kelancaran

2
Penokohan

3
Ekspresi

Skor yang dicapai
2
Skor maksimum
3



Description :
1.      Kelancaran
Bila kata dan kalimat diucapkan dengan lancar, sesuai dengan lafal dan intonasi naskah pidato sehingga terdengar jelas.
2.      Penokohan
Penokohan drama sesuai dengan karakter sehingga pembicaraan sangat cocok dan bermakna.
3.      Ekspresi
Ekspresi gerak-gerik dan mimik pelaku sangat serasi dengan isi drama sehingga pembicaraan hidup dan menarik.
Nilai    = Skor Perolehan  × 100
               Skor Maksimal
Nilai    = × 100
               3
            = 66,6
Keterangan penilaian :
1)      Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
2)      Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3)      Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 60 sampai dengan 70
4)      Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61
Dari perolehan nilai unjuk kerja di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau kompetensi peserta didik tersebut dalam pidato bahasa Indonesia adalah cukup kompeten.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tujuan tugas penilaian unjuk kerja adalah untuk mengetahui apa yang siswa ketahui dan apa yang mereka lakukan. Tugas tersebut harus bermakna, autentik, dan dapat mengukur penguasaan siswa. Evaluasi hasil tugas penilaian unjuk kerja melibatkan pemahaman dan langkah-langkah.
Dalam penilaian unjuk kerja siswa dibandingkan dengan tugas itu sendiri. Tujuan guru adalah untuk melihat perkembangan intelektual atau kekurangannya. Guru dapat mengembangkan standar unjuk kerja sendiri untuk menilai kualitas pekerjaann siswanya.
B.     Saran
Penyusun dalam menyusun makalah ini banyak menemukan hambatan dari segi isi maupun literatur, penyusun menyarankan pembaca untuk memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk kesuksesan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1.     http://www.kajianpustaka.com/2012/11/penilaian-kinerja-performance-assessment.html
2.     http://www.madrasahmedia.web.id/2014/09/pengertian-dan-langkah-penilaian-unjuk-kerja.html
3.     http://www.academia.edu/6543246/Penilaian_dalam_Pembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_Sekolah_Dasar

Contoh Laporan Magang 2 PGSD

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Magang II merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap pengembangan wawasan mahasiswa. Pada kegiatan magang II, untuk mengetahui Permasalahan dalam pembelajaran yang seringkali ditemui. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan cara menanganinya pun beragam. Mata kuliah Magang II memberikan wadah bagi para mahasiswa PGSD dalam mengetahui permasalahan belajar yang dihadapi peserta didik khususnya di sekolah dasar. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenali karakteristik siswa, gaya belajarnya, kemampuannya menyerap informasi, memaknai pembelajaran serta keterampilan membaca, menulis dan berhitung yang dikuasainya.
Magang II juga merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh di lingkup perkuliahan dengan cara menerapkannya secara langsung ke sekolah dasar dalam proses penyiapan guru profesional. Kegiatan magang II ini di laksanakan secara terstruktur dan sistematis pada mata kuliah magang II yang terdiri atas 1 SKS. Dalam kegiatan magang II ini, dapat membuat mahasiswa PGSD sebagai calon guru mendapatkan pengalaman lebih dan dapat mengetahui serta terlibat secara langsung dengan mengamati sendiri bagaimana peserta didik menerima pelajaran di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati secara terpadu, dan dibawa bimbingan dosen pembimbing, kepala sekolah serta guru pamong yang telah di tunjuk. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini observer melakukan observasi di SD INPRES BTN IKIP 1. Sebelum melakukan observasi, observer telah diberi arahan dan petunjuk serta izin dari pembimbing mata kuliah dan pihak sekolah. Adapun waktu  pelaksanaan observasi tepatnya hari Selasa tanggal 22 November 2016 dan berakhir pada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2016. Meskipun waktu yang digunakan dalam melakukan observasi ini relatif singkat, tetapi tidak menjadi kendala untuk mencapai tujuan dan sasaran dari observasi itu sendiri.
Observasi ini dilaksanakan secara terarah, terpadu dan terimbang yang merupakan kegiatan untuk merekam keadaan dan situasi yang terjadi di sekolah yang bersangkutan dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya magang II, semoga mahasiswa yang menimba ilmu pada tingkat Strata 1 (S1) terkhususnya pada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memang menaungi khusus mengenai pendidkan dasar dapat setidaknya memiliki pandangan awal mengenai peerta didik pada suatu sekolah.

  1. Tujuan
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka:
  1. Pemenuhan Mata Kuliah Magang II.
  2. Mempersiapkan Mahasiswa calon pendidik agar lebih mengenal karakteristik siswa yang akan dihadapi.
  3. Memberikan pengalaman secara langsung dalam menemukan dan menganalisa permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar.
  4. Melakukan studi kasus terbatas dalam mengamati, mempelajari serta menyusun solusi yang tepat atas kesulitan belajar yang ditemukan pada siswa.
  5. Mengetahui kondisi kelas/ruang belajar siswa di SD INPRES BTN IKIP 1, tepatnya di kelas II B.











BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Pembahasan Masalah Belajar disruptive behavior
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dalam proses belajar tersebut terkadang banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi. Hal ini lah yang disebut sebagi masalah dalam proses belajar tersebut.
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Salah satu contoh yang menjadi masalah belajar yaitu disruptive behavior (perilaku mengganggu). Menurut observer hal inilah yang sedang terjadi atau terindikasi ada dalam diri objek observasi yang menyebabkan terjadinya masalah pembelajaran yang terjadi kepada objek tersebut. Menurut Semiun (2006, 187) menjelaskan bahwa disruptive behavior (perilaku mengganggu) merupakan pola tingkah laku yang tetap dimana individu merusak aturan-aturan dan melanggar hak-hak orang lain. Senada dengan pendapat tersebut, Mabeba dan Prinsloo (Marais & Meier, 2010) menjelaskan bahwa disruptive behavior merupakan perilaku yang melanggar aturan ataupun tata tertib di sekolah dan lingkungan sekitar Disruptive behavior juga mempunyai ciri-ciri tertentu seperti : Tidak taat pada aturan, Berdebat dengan teman sekelas, sering Mengamuk, Tidak memperhatikan penjelasan guru, Berteriak, Mengejek, dan bahkan sampai mem-Bullying
Ada empat faktor penyebab terjadinya perilaku disruptive pada seseorang, terutama pada anak-anak, yaitu:
  1. Faktor genetik atau biologis
  2. Faktor Keluarga
  3. faktor lingkungan
  4. Akibat Trauma
Menurut Levin & Nolan (Marais & Meier, 2010) ada 4 kategori dasar disruptive behavior, yaitu :
  1. Perilaku yang mengganggu terkait dengan ajaran dan tindakan belajar, misal siswa yang mengganggu siswa lain ketika proses pembelajaran, siswa yang menolak petunjuk dari guru atau bahkan menunjukkan perilaku agresif.
  2. Perilaku yang mengganggu hak-hak siswa dalam belajar, misal sering keluar kelas tanpa ada alasan yang jelas ketika dalam proses pembelajaran.
  3. Perilaku yang secara psikologis maupun fisik tidak aman, misal menggunakan peralatan laboratorium untuk alat bermain, menggunakan meja kursi sebagai media untuk bermain.
  4. Perilaku yang menyebabkan kerusakan properti dalam sekolah. Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perilaku siswa sekolah dasar yang termasuk dalam disruptive behavior adalah pola perilaku mengganggu yang mengakibatkan permasalahan dalam belajar terutama ketika proses pembelajaran berlangsung, karena melanggar aturan maupun tata tertib dalam sekolah.
Berdasarkan kajian diatas, diketahui bahwa disruptive behavior merupakan perilaku atau masalah pada proses pembelajaran yang menyangkut mengenai perilaku yang selalu menggangu orang- orang yang ada disekitarnya. Observer mendapatkan sebuah gambaran untuk menangani anak yang mengalami kesulitan belajar khususnya disruptive behavior yang perlu penanganan khusus.
  1. Waktu Kegiatan Observasi
Mulai pada hari selasa tanggal 22 Oktober  2016 sampai hari sabtu tanggal 3 Desember 2016, observer melakukan observasi selama kurang lebih 2 pekan di sekolah yang telah ditentukan. Adapun jadwal observasi yang telah dilakukan adalah:
  1. Pada tanggal 19 oktober 2017
  2. Pada tanggal 21 oktober 2017
  3. Pada tanggal 2 november 2017
  4. Pada tanggal 3 november 2017

  1. Identitas Objek Observasi
  1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah        : SD INPRES BTN IKIP 1
Alamat Sekolah        : Jln. Emmy Saelan III
Kelas yang diamati    : IV B (Dua)
Wali Kelas            : Kartini, S.Pd   
Jumlah Siswa        :  29 orang
  1. Identitas Peserta Didik
Nama Lengkap        : Muh. Radiyansyah
Nama Panggilan        : Radit
Jenis Kelamin         : Laki-laki
Agama            : Islam
Masalah            :   
1. Berkata kasar dan berteriak dalam kelas
2. Mengertak teman, sikap emosional tinggi dan malas belajar
  1. Analisis Hasil Observasi
Proses pengamatan yang dilakukan oleh observer mengacu kedalam dua kategori besar yang menjadi pusat observasi yang dilakukan yakni :
  1. Observasi Yang Mengamati Kondisi Dan Suasana Kelas
Hasil observasi terhadap kelas atau ruangan yang digunakan untuk belajar terbilang layak dan proporsional dengan jumlah siswa yang ada. Hal tersebut karena setiap siswa mendapat ruang yang luas untuk duduk dan penempatan posisi duduk setiap siswa diatur seemikian rupa. Ditunjukkan dengan tidak adanya siswa yang duduk bersempitan atau dengan kata lain bahwa terpenuhinya sarana bangku dan meja sesuai dengan kebutuhan siswa. Perpindahan  guru dan siswa dari satu bangku kebangku lain cukup lebar juga terbilang mudah karena ruangan tersebut tidak terlihat sumpek karena siswa duduk berkelompok sehingga memudahkan guru dan siswa untuk bergerak. Guru juga dipermudah dalam proses mengawasi setiap siswa di kelasnya.
Segi proses pembelajarannya yang dilakukan di kelas cukup baik, hal ini terjadi karena adanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Setiap apa yang di sampaikan oleh guru selalu mendapat tanggapan dari para siswa. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang senantiasa merespon pertanyaan maupun arahan yang diberikan oleh guru. Namun kenyataannya masih ada pula beberapa siswa yang selalu mendominasi pembelajaran yang menjadikan siswa lain tidak mau terlibat aktif.
Pola interaksi yang digunakan oleh guru dalam mengajar masih terbilang sangat konvensional karena guru hanya menerangkan (ceramah) tanpa menggunakan media apapun sebagai penunjang pembelajaran di kelas. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi semangat belajar siswa dan terbukti ternyata masih ada siswa yang suka mengganggu temannya saat proses pembelajaran, baik itu mengajak bercerita ataupun merebut barang milik siswa yang lainnya.
Interaksi antar siswa yang  terlihat terbilang cukup baik. Para siswa kelihatan akrab dan sangat ceria ketika bersenda gurau bersama teman. Namun ada juga beberapa siswa yang tidak suka terlibat dalam kegiatan bersama temannya dan ada pula siswa yang menunjukkan sikap egois saat belajar maupun bermain. ketika guru keluar dari ruangan, masih ada beberapa siswa sering berkelahi atau saling mengejek baik ketika proses pembelajaran berlangsung maupun di waktu istirahat. perilaku dan kepatuhan sebagian masih banyak yang perilakunya tidak terkontrol terhadap sesama temannya. Namun perilakunya menjadi berbeda ketika gurunya ada. Ini menunjukkan sikap menghormati orang yang lebih tua dari mereka.
  1. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar
Karakteristik yang diamati oleh observer kepada siswa yang menjai objek observasi tidak terlalu memiliki karakteristik yang mencolok. Keadaan fisik siswa yang di observasi yaitu radit terbilang masih normal atau proposional seperti anak kelas IV pada umumnya. Selain itu, tidak ada kecacatan maupun kelainan. Terlihat juga dari segi kerapihan pakaian yang dikenakan terbilang masih belum rapih. Radit sering kedapatan kaki atau bagian bawah bajunya tidak rapi, tidak memakai dasi.
Selanjutnya untuk kemampuan berkomunikasi, observer menemukan bahwa Radit ketika berbicara dengan guru itu mengalami kegugupan dan kebanyakan diam dan acuh terhadap gurunya. Namun ketika berbicara dengan teman sekelasnya, dia terlihat garang dan suka membentak. Ketika berkomunikasi dengan teman yang sedikit lebih tua darinya juga sering menggunakan bahasa yang tidak sopan.
Radit merupakan salah satu siswa yang tergolong kurang dalam hal kognitif. Observer melihat dari kemampuannya dalam menangkap setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru masih kurang.  Kadang radit suka membentak temannya untuk meminta jawaban atas soal yang diberi oleh gurunya. Namun, kemampuan bersosialisasi Radit cukup baik terhadap teman, namun temannya kebanyakan orang-orang yang lebih dewasa darinya. Tapi, masih ada yang kurang dari segi kepeduliannya terhadap temannya, Radit juga anak yang kurang kreatif. Namun meskipun begitu, radit terlihat mempunyai kontrol diri yang baik, sopan terhadap orang yang lebih tua darinya dan orang lain.
  1. Penanganan Masalah pada Siswa
  1. Permasalahan
  1. Hari Pertama Magang (19 Oktober 2017)
        Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan  pertama kali dilaksanakan pada  hari kamis tepatnya di tanggal 19 Oktober 2017.  bertempat di SDI BTN IKIP 1. kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut adalah bertemu dengan kepala sekolah SDI BTN IKIP 1 bapak Bambang Syarif. Para observer yang akan magang di sekolah tersebut diberi beberapa arahan oleh bapak sekolah sebelum ke kelas-kelas untuk melakukan observasi.  Beberapa arahan yang diberi mengerucut pada bagaimana siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar bisa dicarikan solusinya. Setelah arahan diberi, kami pun dipersilahkan ke kelas-kelas untuk mencari atau menanyakan pada wali kelas nama-nama siswa yang mengalami gangguan atau bahkan kelebihan dalam proses belajar. Pada saat tersebut, saya belum mendapatkan siswa yang bisa saya observasi, namun teman-teman yang lain sudah ada beberapa yang mendapat siswa yang ingin mereka observasi di hari itu juga.
  1. Hari Kedua Magang (21 Oktober 2017)
        Pada hari kedua magang, saya masih belum mendapat siswa yang dapat saya observasi. Hal ini karena, belum adanya siswa yang dapat saya temukan mengalami permasalahan belajar. Dikarenakan teman-teman sudah mendapatkan siswa yang mereka ingin observasi, Maka saya pun juga berusaha mencari. Dalam proses pencarian tersebut, saya tiba-tiba melihat siswa yang sangat nakal dan sering mengertak bahkan sampai memukuli temannya. Selain itu sering pula berkata agak kasar. Akhirnya saya telusuri, ternyata siswa tersebut adalah siswa kelas 4B yang bernama Muh. Radiyansyah. Saya menetapkan anak tersebut sebagai siswa yang saya akan observasi.
  1. Hari Ketiga Magang (2 November 2017)
            Hari ketiga magang, saya bermaksud  menemui wali kelas ”Radit”, panggilan akrab teman-teman sekelas siswa terebut. Namun pada hari tersebut, wali kelas siswa tersebut tidak berada dalam  kelas, namun beliau memberi tugas pada siswanya. Karena hal itu, saya hanya bisa melihat anak kelas 4B belajar dari pintu kelas sembari melihat Radit dalam  proses pembelajaran. Dari luar kelas saya melihat Radit seperti siswa lainnya, namun lama kelamaan. Entah bosan atau karena apa, dia mulai mengganggu beberapa temannya.
  1. Hari Keempat Magang (3 November 2017)
            Pada magang ini saya sudah masuk kedalam kelas dan meminta izin kepada ibu Kartini selaku wali kelas 4B yang merupakan kelas yang di tempati Radit dalam belajar di kesehariannya. Setelah meminta izin, saya pun mengambil posisi di sudut kelas sembari mengamati Radit dalam proses belajar. Pada hari itu, pelajaran mengenai cara menulis laporan wawancara dan siswa di bagi dalam beberapa kelompok. Terlihat Radit sedang mengertak teman kelompoknya di karenakan tugasnya belum selesai. Namun teman-temannya menanggapi atau merespon gertakan tersebut dengan biasa-biasa saja, seakan mereka sering menerima atau bahkan di gertak seperti itu oleh Radit. Observasi yang dilakukan harus di hentikan, dikarenakan ada jadwal perkuliahan yang saya harus penuhi.
  1. Hari Kelima Magang
        Magang pada kesempatan ini, saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengamati siswa yang saya observasi. Saya meminta izin untuk mengambil tempat atau kursi yang berdekatan langsung dengan Radit. Tujuannya untuk melihat langsung bagaimana Radit dalam proses belajar.
    Dari segi bentuk badan, Radit memiliki badan yang proposional seperti kebanyakan siswa SD kelas IV pada umumnya. Kebersihan seluruh anggota tubuh juga terlihat Radit jaga, namun dalam soal berpakain agak sedikit terpengaruh gaya anak-anak remaja dewasa, terlihat dari gaya rambutnya dan aksesoris yang dipakai.
    Terlihat pula bahwa Radit sering tidak terlihat menyendiri dan anak ini juga suka bermain. Teman bermain Radit rata-rata berbeda kelas dengannya bahkan dari kakak-kakak kelas diatasnya. Dikelas Cuma ada beberapa orang yang terlihat menyapa atau bersenda gurau Radit. Radit kadang susah di ajak bekerja sama dalam kelompok, terbukti ketika teman mengajaknya untuk mengerjakan tugas bersama dia terlihat enggan untuk mengerjakannya.
  1. Hari  Keenam Magang
        Observasi pada magang ini bertepatan dengan pembelajaran yang membahas mengenai satuan ukuran. Terlihat Radit kesal terhadap temannya yang tak ingin menunjukkan tugasnya kepada Radit. Radit selalu mengganggu teman kelasnya tersebut dan suka berteriak membentak temannya. Radit tidak mau mengalah untuk meminta jawaban temannya. Temannya menginstruksikan agar Radit untuk bertanya kepada guru atau wali kelas jikalau memang dia tidak mengerti atau tahu hal tersebut. Namun Radit tidak mengindahkan kata-kata temannya. Saya coba mendekat dan mencoba bertanya akan masalah apa yang di ributkan. Sikap Radit pun berubah menjadi lebih sopan kepada saya. Setelah saya mengajari Radit untuk mengerjakan tugasnya. Radit tanggap dalam menerima ajaran saya, meskipun agak sedikit lama untuk dapat memahaminya. Dalam hal membaca, Radit masih belum terlalu lancar dalam membaca. Begitu pula dalam hal menghitung. Akan tetapi, Radit  sudah tahu sedikit dalam hal tersebut.
  1. Tindak Penanganan Masalah
Pada kasus ini, beberapa tindak penanganan masalah yang dapat dilakukan terhadap masalah yang timbul antara lain:
  1. Melakukan pendekatan individu kepada Radit dan membuat ia nyaman berada di sisi observer. Hal ini diselingi juga dengan wawancara seputar kesehariannya. Pada tahap ini, observer berusaha memahami kesulitan belajar dan segala hal yang berkaitan dengan masalah belajarnya sehingga ke depan observer bisa tahu bagaimana memperlakukan Radit.
  2. Mengamati proses belajarnya di dalam kelas. Dalam hal ini observer memberikan motivasi-motivasi dalam proses pembelajaran agar Radit mau dan berkeinginan memahami pelajaran dari hatinya. Observer berusaha memberikan dorongan kata-kata terlebih dahulu dengan harapan bahwa dengan adanya pemberian motivasi maka alam bawa sadar Agung akan tersugesti dan perlahan-lahan akan sadar bahwa belajar itu penting.
  3. Menemukan strategi belajar yang cocok untuk mengatasi permasalahan yang dapat menumbuhkan semangat belajar pada dirinya.
  4. Memberitahu mengenai kerugian yang dapat ditimbulkan oleh perbuatannya yang malas dalam belajar
  5. Melakukan bimbingan secara intens. Setiap pelajaran yang diberikan oleh gurunya selalu dibimbing oleh observer. Observer menjelaskan ulang dan mencoba untuk memperkuat konsep yang tidak dimengerti Hal ini dilakukan berulang-ulang bahkan sampai jam pelajaran habis. Karena seringkali Radit tidak mengerti sehingga ia harus diberikan penjelasan berulang-ulang.
  1. Hasil setelah diberikan penanganan
Setelah diberikan penanganan seperti belajar secara berulang-ulang serta pemberian motivasi. Radit mulai serius memperhatikan guru dalam proses pembelajaran dan mulai membiasakan untuk mengerjakan materi yang diterimanya dan menulis tugas yang diberikan. Namun mengenai penyerapan materi, Radit belum terlalu bisa seperti teman-temannya yang langsung meyerap materi yang diberikan.
Untuk lebih baiknya lagi, radit diberikan kelas tambahan atau yang sering disebut dengan Les. Hal ini dikarenakan, kemampuan radit dalam mneyerap materi masih sangat perlu latihan. Untuk anak seusia radit sudah seharusnya memiliki kemampuan yang lebih untuk menangkap materi yang diajarkan agar mampu mengimbangipelajaran yang semakin tinggi tingkatan semakin banyak pula yang harus di pahami.
Untuk mengatasi hal emosional yang tinggi dari radit, osberver mencoa untuk mendekati dan berbicara lebih dekat dan didapat radit ini kurang perhatian. Setelah itu, observer mencoa memberi perhatian lebih dan ternyata radit sedikit tersentuh akan hal tersebut. Ini dikarenakan radit yang mulai mengurangi sikap yang emosionalnya apabila ditegur oleh observer.



















BAB III
PENUTUPAN
  1. Kesimpulan
Kondisi kelas pada tingkatan kelas VI di SD INPRES BTN IKIP 1 yang di observasi selama lebih kurang 2 pekan cukup baik dan efektif untuk digunakan sebagai ruangan pembelajaran. Selain itu, ternyata ada beberapa siswa yang memiliki permasalahan-permasalahan. Salah satu siswa yang diamati oleh observer adalah Radit. Observer dapat menarik kesimpulan bahwa permasalahannya mengenai kesulitan belajarnya adalah disruptive behavior (perilaku mengganggu)
Penganangan yang dilakukan observer adalah dengan memberikan penguatan (motivasi) secara batin dengan memberi perhatian kepadanya yang dapat menumbuhkan semangat dan minat belajar, dan untuk dapat mengatasi kesulitan atau keterlambatan dalam menyerap materi yang diajarkan dapat dilakukan dengan melatih dan memberikan tugas dengan bentuk yang lebih variatif, sehingga anak tersebut tidak merasa bosan dan akhirnya anak akan terbiasa. Dengan dilaksanakannya magang 2 ini, observer sebagai calon guru mampu menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi siswa. Namun, ada beberapa yang belum bisa diatasi observer, seperti membuat orang tua mengerti betapa pentingnya anak belajar.

  1. Saran
Dari kegiatan Magang yang telah dilaksanakan, beberapa saran yang dapat observer berikan, yaitu:
  1. Pihak Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah menyediakan media pembelajaran yang menarik yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa seperti media yang berbasis multimedia serta hendaknya memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan belajar, paling tidak dibimbing lebih lanjut agar tidak terlalu ketinggalan dalam proses pembelajaran. Dan sebaiknya ada pertemuan antara orang tua dan guru sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya di sekolah.


  1. Pihak Mahasiswa
Kepada para Mahasiswa, sebaiknya:
  1. Lebih meningkatkan kedisiplinan karena selama observasi berlangsung, tidak jarang ada beberapa anggota kelompok yang datang terlambat bahkan tidak hadir sama sekali.
  2. Lebih memahami kewajiban masing-masing dan lebih aktif dalam melakukan observasi.
  3. Melaksanakan setiap aktivitas di sekolah dengan hati yang ikhlas.