BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memilih suatu pendekatan dalam
pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan seni,
karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, dan lingkungan
belajar. Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa,
dengan tujuan agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara
jasmani-rohani, mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan
pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana bermain yang bermuatan
edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni
sebagai sarana pendidikan, maka
pendekatannya pun harus sesuai dengan
tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan
pendidikan.
Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar
seni rupa/kerajinan yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill)
penguasaan kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan
berekspresi-kreatif, ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula dibedakan antara “belajar pemertahanan” (maintenance
learning) dan “belajar inovatif” (innovative learning) (Botkin,
1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat
mencakup kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi
memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan kesenirupaan,
seperti: mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni, hubungan seni dengan kehidupan masyarakat.
Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan berekspresi dan
memberikan saluran emosi serta memiliki
peran dalam mengembangkan mental-spiritual anak-anak.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja pendekatan dalam pembelajaran seni?
2.
Apa pengertian dari Metode pembelajaran?
3.
Apa tujuan penggunaan metode?
4.
Apa sajakah metode pembelajaran seni
rupa di SD?
5.
Apa saja model dalam pembelajaran seni?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pendekatan dalam
pembelajaran seni
2.
Untuk mengetahui pengertian dari Metode
pembelajaran
3.
Untuk mengetahui tujuan dari penggunaan
metode
4.
Untuk mengetahui metode pembelajaran
seni rupa di SD
5.
Untuk mengetahui model pembelajaran seni
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
Dalam Pembelajaran Seni
Tiga pendekatan yang dikenal,
yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3) pendekatan
demokratis dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
1.
Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan. Cara ini
penting untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian,
prosedur/teknik pembuatan karya tertentu. Ada kegiatan-kegiatan belajar dan aturan
kerja yang harus diikuti untuk mencapai sasaran tertentu. Pebelajar tidak
bisa berlaku dan bekerja seenaknya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat digabungkan dengan pendekatan kompetensi, misalnya untuk
pebelajar menghasilkan sejumlah barang dengan kualitas minimal tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat industri kerajinan misalnya, yang sudah
menghasilkan barang untuk diekspor perlu dilatih para calon pekerja melalui
sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan aturan perdagangan (ada kendali
mutu dan perlu tepat waktu), maka disiplin kerja harus ditanamkan pemagang yang
kelak mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut. Dalam proses
pembelajaran kerajinan tangan, pendekatan otoritatif juga digunakan untuk pembelajaran yang
memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya :
1.
Menggunakan dan
memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan digunakan menurut cara
yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau membahayakan. Contoh: bagaimana
menggunakan gergaji dan ketam serta pahat, bagaimana menyimpannya.
2.
Mencapai
penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa mencapai mutu
tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum dicapai harus dilatih berulang terus.
2.
Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap
anak didik. Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri
berlangsung dalam diri masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil belajar
dianggap akan optimal jika sesuai dengan minat dan keinginan peserta didik.
Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan atau
petunjuk-petunjuk.
Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi kesempatan
peserta didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku. Misalnya,
pembelajaran kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas Sekolah
Dasar; setiap siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru. Contoh
lainnya, dalam kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas). Namun
sesungguhnya pendekatan permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja
keharusan mentaati aturan kerja atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk
instruktur.
3.
Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk
menyatakan pendapat. Berbeda dengan pendekatan permisif, gagasan pendekatan
demokratis tidak menghendaki kebebasan penuh, sebab kebebasan seseorang harus
juga memperhatikan kebebasan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan
sebagai kebijakan umum, terutama jika mengingat bahwa peserta didik adalah
manusia dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri dan kesadaran sebagai
warga negara. Setiap warga negara atau
peserta didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil
karya. Mereka hanya akan senang belajar
dalam suasana kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator
dan dinamisator.
4.
Pendekatan proses kelompok
Menekankan pada pembentukan
kelompok yang erat (kohesif). Kelompok yang bekerja sama secara erat akan menghasilkan
nilai lebih. Kelompok bukan sekedar penjumlahan dari individu-individu, tetapi
kesatuan yang memiliki kekuatan. Pendekatan ini ditunjang oleh psikologi massa
khususnya dinamika kelompok.
Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan kelompok adalah membina kerja sama di antara siswa dalam menyesaikan
permasalahan bersama. Dalam hal ini mereka saling melakukan interaksi dan
sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan dan kekurangan fotensi
yang dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling membantu dan
mentolelir antara yang satu dengan yang lainnya.
Pendekatan-pendekatan ini dapat
dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa jadi pula suatu proses
kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa pendekatan eklektik
(gabungan) adalah cocok digunakan.
5.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses
menekankan pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikannya. Keterampilan meliputi makna yang luas, meliputi segi
fisik/perbuatan, psikis/mental dalam bentuk oleh fikir dan sikap--termasuk
kreativitas--, serta sosial budaya (pendayagunaan lingkungan), yang difungsikan
untuk mencapai hasil tertentu.
Guru dapat memberi stimulasi
untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan yang
sering dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya
dan pendekatan empatik
6.
Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus memperhatikan dan mempettimbangkan bahwa pendidikan seni
sabagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika
kita menggunakan pendidikan seni sebagai
sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni,
meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan. Pendekatan
yang yang utama dalam pembelajaran pendidikan seni rupa ialah pendekatan
inspiratif.
Karya seni merupakan curahan
emosi yang diberi bentuk yang indah dan kreatif. Karya ini lahir dari keharuan,
dari hari nurani yang paling dalam. Bagi dunia anak, jenis pendekatan
inspiratif ini diharapkan dapat menggugah
keharuan anak untuk mencurahkan ekspresinya ke dalam bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh
Lansing disebut dengan istilah stimulation dan cultural
stimulation yang terdiri dari: Direct experience as a form stimulation (pemberian
rangsangan melalui pengalaman), Verbal stimulation (perangsangan malalui
cerita/dongeng), Art material as stimulation (perangsangan melalui
bahan), dan Audio-visual aids as stimulation (perangsangan melalui media
audio visual).
B. Pengertian Metode
Metode
pembelajaran membicarakan bagaimana siswa dibelajarkan sesui dengan
harapan-harapan untuk mewujudkan perubahan positif. Metode merupakan kegiatan
menata dan mengelola pelaksanaan pembelajaran yang efektif yang melibatkan
segala bentuk interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar. Pola ini
merupakan pengalihan langsung pengetahuan atau proses-proses yang berkaitan
dengan pembelajaran.
C. Tujuan Penggunaan Metode
Tujuan metodologi pengajaran adalah
untuk merencanakan dan melaksanakan cara – cara yang efektif untuk mencapai
tujuan. Dasar metode yang tepat adalah relevansinya dengan tujuan/sasaran yang
di rumuskan. Yang mana indikatornya adalah kualitas hasil pembelajaran dalam
proses pembelajarannya.
Pembelajaran seni dapat menggunakan
metode seperti ceramah, demonstrasi, multimedia, slide, pameran, belajar
partisipasi, diskusi, resitasi, latihan, kerja kelompok, kerja kreatif,
imitasi, kritik seni dll.
D. Metode Pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar
1. Metode Ekspresi Bebas
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan
siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar
metode ini tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan :
a.
Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai
perangsang daya cipta.
b.
Tetapkan beberapa pilihan media yang cocok
c.
Jelaskan jenis kertas serta alas an pemilihan kertas
tersebut
d.
Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut
Metode ekspresi bebas identik dengan metode ekspresi – kreatif atau metode
kerja cipta. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield
yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya
untuk bebas berekspresi ( free expression
) atas dasar tersebut metode ini sering disebut metode ekspresi – kreatif.
Dalam pelaksanaan metode ini, kehadiran guru memiliki peran sangat kecil bahkan
hampir tidak diperlukan. Metode hasil kerja cipta dapat di terapkan dalam
kegiatan menggambar dekorasi, mendesain benda – benda kerajinan, menggambar
reklame dan sebagainya.
Langkah – langkah kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut :
a.
Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada
kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya.
b.
Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada desain
gambar dekorasi, reklame atau barang –barang kerajinan yang akan dibuat.
c.
Selama proses pengerjaan, guru menganjurkan sumbang
saran antar siswa terjadi.
d.
Guru memberikan saran, petunjuk dan pengarahan mengenai
konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk kepada siswa yang mengalami
hambatan.
e.
Selama proses kerja berlangsung, keterampilan –
keterampilan dasar dan menengah sudah harus betul – betul dikuasai.
2. Metode Demonstrasi – eksperimen
Demonstrasi adalah kegiatan guru/ instruktur memperagakan proses pembuatan
suatu benda kerajinan. Eksperimen adalah siswa mencoba sendiri setelah
memperhatikan suatu proses pengerjaan yang didemonstrasikan guru. Dengan
prinsip belajar : dengar/perhatikan, kerjakan dan periksa.
3. Metode
Mencontoh
Metode mencontoh merupakan metode tertua dalam seni kerajinan. Metode ini
banyak dilakukan di pusat – pusat pembelajaran seni zaman dahulu. Untuk belajar
keterampilan motorik, cara ini dapat dilakukan.
Pada dasarnya metode mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam
meningkatkan kemampuan motorik, sedangkan untuk keterampilan mental dan kreasi
tidak memiliki apa – apa.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan mencontoh,
diantaranya :
1.
Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan
untuk :
a.
melatih dasar keterampilan fisik;
b.
memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya
diperbesar atau diperkecil;
c.
memproduksi benda teradisional;
d.
memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda
yang akan di tiru.
2.
Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses
belajar siswa
3.
Mencontoh tidak di jadikan kebiasaan
4.
sebaiknya model yang akan ditiru dipilih oleh siswa
itu sendiri
5.
seyogyanya secara berangsur – angsur apa yang
dilakukan oleh siswa berubah dan membuat aplikasi tepat menjadi modifikasi
model yang dicontoh.
Yang termasuk
jenis – jenis mencontoh adalah :
a. Metode
mencontoh dengan bantuan kertas karbon;
b. Metode
mencontoh dengan bantuan kertas tipis;
c. Metode
mencontoh dengan bantuan sinar lampu;
d. Metode
mencontoh dengan bantuan alat proyektor;
e. Metode
mencontoh bantuan skala garis / skala berpetak;
f. Metode
mencontoh dengan bantuan alat pantograph;
g. Metode
mencontoh secara langsung.
Tujuan dari metode ini adalah :
1. melatih
siswa bekerja teliti dalam mengamati model yang akan digambar.
2. Melatih
siswa dalam mencari posisi/ sudut pandang yang baik dari model yang akan di
gambar.
3. Siswa
dihadapkan pada kenyataan yang rasional sehingga tidak terjadi penyimpangan
dari gambar yang ditiru.
4. Melatih kepekaan rasa agar lebih sensitif
terhadap keindahan.
4. Metode Stick Figure
Penggunaan metode ini biasanya dipakai dalam menggambar adegan gerak
(action) manusia atau binatang. Metode ini merupakan penyederhanaan bentuk atau
wujud menusia atau binatang menjadi tongkat atau garis patah – patah sesuai
dengan lekukan/ persendian pada manusia atau binatang.
5. Metode Global
Metode ini biasa digunakan pada awal belajar menggambar bentuk. Tujuan
penggunaan metode ini adalah agar anak dapat menangkap bentuk keseluruhan dari
bentuk model yang disediakan.
Secara
teknis penggunaan metode ini dibagi dua, yaitu
1.
Dengan teknik silhulet
Teknik ini dipandang lebih mudah, karena anak diminta untuk menangkap benda
secara keseluruhan dengan mengabaikan bagian – bagian detailnya. Metode ini
cocok untuk siswa yang sedang belajar pada tahap – tahap awal.
2.
Dengan teknik kontur
Teknik ini lebih cocok bagi siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik yang
sudah memiliki kemampuan motorik. Secara teknik, penggambar dituntut untuk
menangkap benda secara global dan menyederhanakannya dalam bentuk gambar-gambar
dasar (geometris) yang dibuat dengan goresan garis. Kemudian gambar tersebut
dikembangkan untuk disempurnakan menjadi bentuk benda yang kompleks (detail).
6. Metode kerja kelompok
Ada dua
macam metode kerja kelompok, yaitu :
a)
Metode Group
Work (kerja kelompok jenis paduan), Dalam kegiatan ini para siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar yang sebelumnya telah
dirancang oleh seorang temanya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus sebagai
desainer.
b)
Metode Collective
painting (kerja kelompok jenis kumpulan) , Perbedaan antara metode kerja
kelompok jenis paduan dengan metode ini adalah jumlah anggota harus genap dan
pembagian tugas – yugas kelompoknya.
7. Metode –
metode dalam kritik seni
Chapman (1978:80) menyebutkan metode kritik seni dalam upaya mengembangkan
kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam melakukan kritik seni. Metode –
metode tersebut adalah :
a. Metode induktif
Langkah –
langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode ini adalah :
1.
Gambarkan dasar karakter karya
2.
Gambarkan hubungan antar bagian
3.
Gambarkan wilayah dan kualitas keseluruhan
4.
Tafsirkan aspek-aspek yang dihubungkan dengan
pengalaman
5.
Tafsirkan dan ringkas ide, tema,kualitas ekspresi dari
makna dari karya
6.
Evaluasi karya dengan criteria kritikdan tunjukkan
bukti-bukti untuk mendukung penilaian.
b. Metode Dedukatif
Pendekatan ini dapat mempertinggi keterlibatan antara pekerja seni, secara
khusus jika kita mau untuk meletakkannya sebagai percobaan, untuk dibicarakan,
yang memerlukan waktu banyak dengan standar perbedaan masing-masing. Pendekatan
ini juga memberikan peluang bentuk pembahasan yang dapat membuktikan
ketertarikan dan kejelasan tentang seni.
Langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah :
1. Tentukan
kriteria yang akan digunakan
2. Uji karya
seni untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang spesifik
3. Tentukan
tingkat(degree) kriteria yang dipandang pantas
c. Metode Empatik
Adapun beberapa teknik yang dapat membantu mengembangkan rasa empati dan keterlibatannya
ketika kita menilai suatu karya seni, diantaranya :
1. Jangan
memandang karya seni terlalu berlebihan karena dapat melupakan orang yang lebih
terlatih pada bidang seni.
2. Memandang
kualitas visual secara murni
3. Gunakan
analogi dan metaphora untuk menghubungkan apa yang kita lihat dan rasakan
4. Gunakan
pengalaman dan pengetahuan sendiri untuk membandingkan apa yang kita lihat
dapat dirasakan
5. Jangan takut
meninggalkan satu aspek dari karya
6. Dengan
seluruh pengertian, dapatkan secara fisik dan imajinasi
7. Menilai
karya jika kita mau melakukannya.
d. Metode Interaktif
Pendekatan ini tidak semata-mata pendekatan deskriptif, ini bermaksud untuk
menemukan sampai terjadi diskusi dan debat secara berkelompok untuk membahas
karya seni. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini adalah
1.
Pilihlah moderator dan jelaskan aturan mainnya
2.
Gambarkan seperti banyak orang yang memungkinkan untuk
masuk kedalam proses menjelaskan karya.
3.
Ketika orang kelihatan untuk keluar dari penjelasan,
kemudian panggil hipotesis.
4.
Beberapa peserta diskusi memperlihatkan penafsiran
dengan kesepakatan kelompok.
E. Model Pembelajaran Seni
1. Model Terkait
Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling sederhana karena menekankan pada hubungan secara eksplisit tentang konsep
atau prinsip,atau pokok bahasan atau ketrampilan atau tugas,atau sikap dalam
suatu bidang studi.Pada pembelajaran SR-KT terpadu keterkaitan dalam
substansial material seni.Model terkait dalam SR-KT terpadu dapat
dimodifikasikan berdasarkan jenis matra substansial seni.Urutan keterkaitan dan
besr bobot materi masing-masing substansial materi yang terkait.
Keunggulan Model Terkait :
1.
Paling
sederhana sehingga paling mudah di rancang dan dilaksanakan
2.
Terjadi
interalisasi karena adanya pengembangan konsep-konsep inti secara terus-menerus
3.
Memudahkan
proses transfer gagasan-gagasan dalam pemecahan masalah.
4.
Siswa lebih
mudah dalam mendapatkan gambaran-gambaran mengenai suatu ketrampilan tertentu.
Kelemahan Model Terkait :
1.
Model
terkait pada intinya adalah mengaitkan antara prinsip,konsep ketrampilan dan
tugas atau sikap pada suatu bidang kajian tertentu.Hal ini menyebabkan SR-KT
tetap terpisah dan keterpaduan tidak Nampak walaupun hubungan telah dirancang
secara eksplisit dalam suatu disiplin mata kajian.
2.
Fokus
pembelajaran masih bersifat sempit karena usaha-usaha untuk memadukan
gagasan-gagasan dalam suatu bidang studi dapat membatasi usaha mengembangkan
hubungan yang lebih menyeluruh dengan bidang studi lain.
2. Model Terjala
Merupakan pembelajaran terpadu
yang menggunakan pendekatan tematik. Model ini menekankan hubungan antara dua
atau lebih mata pelajaran melalui tema. Pada pembelajaran senirupa terpadu,
model terjala ini dapat memadukan secara intra bidang studi (seni music, tari)
dan inter bidang studi (senirupa, music, tari, matematika, ips, ipa dll).
Keunggulan:
a.
Melalui
pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn komprehensif yang tinggi.
b.
Membangun
motivasi siswa melalui kegiatan pemilihan dan pengembangan tema
c.
Meningkatkan
kemampuan wawasan guru tentang suatu konsep secara komprehensif
Kelemahan :
a.
Membutuhkan
waktu yang lama dalam merancang pembelajaran
b.
Ketrampilan
seni rupa yang diperoleh siswa kurang optimal
c.
Guru
memerlukan kemampuan mengevaluasi proses dan produk pembelajaran agar
perncanaan dan pelaksanaan pembalajaran dapat tercapai secara optimal
3.
Model
Terpadu
Model terpadu merupakan
pembelahjaran terpadu yang menggunakan tema yang diangkat dari adanya tumpang
tindih tentang konsep ketrampilan dan sikap dalam kurikulum yang berlaku dari
berbagai mata pelajaran atau mata kajian.
Keunggulan :
a.
Mampu
membangun motivasi siswa
b.
Mampu
mengembangkan aspek sikap pada dampak pengiring dalam pembelajaran
c.
Menghemat
waktu
d.
Memiliki
kekuatan komprehensif yang tinggi
Kelemahan :
a.
Membutuhkan
kurikulum yang mengacu pada keterpaduan serta kebijakan-kebijakan pendukung
dalam system evaluasi pembelajaran
b.
Membutuhkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam merancang model pembelajaran terpadu
c.
Model
terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang paling rumit.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendekatan, metode, dan
model pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran seni di
sekolah. Karakteristik mata pelajaran seni yang unik dan berbeda dengan mata
pelajaran pada umumnya menunut persiapan atau perencanaan yang matang. Perlu diketahui
bahwa hasil belajar dalam pembelajaran seni umumnya tidak serta merta tampak
pada saat itu juga. Tujuan penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah umum
mengisyaratkan bahwa pembelajaran seni merupakan rangkaian proses pendidikan
yang hasilnya mungkin baru akan terasa setelah sekian lama siswa meninggalkan
tempat pendidikannya. Untuk itulah pendekatan, model, dan metode pembelajaran
dalam penyelenggaraan pendidikan menjadi sangat penting untuk diketahui.
B.
Saran
Pelajaran seni adalah
suatu pelajaran yang berbeda dari pelajaran lain maka dari itu sebelum memulai
pembelajaran seni sebagai guru harus tahu pendekatan, metode dan model agar
pembelajaran seni di kelas dapat efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Tim
Dosen Seni. 2016. Pendidikan Seni. Makassar: Laboraturium Seni PGSD FIP UNM